Monday, 24 December 2012


CINTA PUTRI MUMTAZ

bulir-bulir kata yang kau lirih tatihkan ketika kau beranjak pergi
menutup waktumu menandakan betapa kau merindu aku lagi
peluh-peluh kata yang kau ucap sukmakan
saat mempatrikan janji mengadakan pertemuan
menandakan betapa kau benar setia
dalam tiap kata-kata yang kau ungkapkan

Duhai

andai ainun kita masih terbuka
dalam memerhati gerak dua hati yang lara
andai sama' kita masih setia dalam mendengar lafaz cinta
andai Kuala Lumpur masih setia menyaksikan pertemuan dua jiwa
andai qalbun kita masih terasa tika basah dalam gerimis senja
namun aku setia walau gelombang membelah badai ke hujung nyawa

Duhai

saat aku terjaga dalam khayal memuja bayang sang pendita
membongkah rindu yang terbeku kian lama dalam sukma
merenggut kasih dan cinta Shah Jehan kepada Putri Mumtaz yang terdamba
terbina Taj Mahal melambang kasih yang tiada tara
di dasar relung jiwaku bergema nyanyian tanpa kata
sebuah lagu yang bernafas di dalam benih cinta
yang tiada dicairkan oleh tinta di atas lembar rasa
meneguk rasa kasihku dalam jubah kasihmu yang lara
mentari tak akan pernah meninggalkan bumi sehingga malam merebahkannya

Duhai

percikkanlah sinar kasihmu di kubah Taj Mahalku
agar berserakan buih-buih rindu yang membeku dalam sirrku
lilitlah kembali uraian helai-helai rambut yang merebang di bahuku
simpullah untaian yang ku leraikan agar ia bertaut dalam sukmaku
ikatlah tali biolaku yang terputus oleh tanganku
 

Nukilan Lyn Suaim.



No comments:

Post a Comment